You Are Reading

2

Bermain Seluncur ala Cah Yogya

Adi Senin, 17 Juni 2013


Sekelompok anak muda di Yogyakarta memanfaatkan gumuk pasir yang terdapat di selatan Yogyakarta untuk berseluncur. Mereka menamakan dirinya komunitas Sandboarding Indonesia.

Kegiatan seluncur pasir ini dimulai tahun 2008 ketika beberapa anak muda Yogyakarta memendam keinginan untuk melakukan olahraga snowboarding atau seluncur es. Tentu saja, tak ada salju di Yogyakarta. Tapi di Indonesia hanya Yogyakarta yang mempunyai gundukan pasir yang terbentuk oleh angin yang disebut gumuk pasir. Tak ada es, maka pasir pun jadilah. Aktifitas sandboarding bukan merupakan olahraga baru di dunia, tetapi di Indonesia komunitas inilah yang memulainya.

Olahraga ini lambat laun mulai dikenal di Indonesia. Beberapa selebritis Indonesia juga pernah mencoba olahraga ini bersama komunitas Sandboarding Indonesia. Selain di gumuk pasir, komunitas ini juga melakukan olahraga seluncur pasir di Gunung Merapi. 


Hamparan pasir yang indah di selatan Yogyakarta membuat beberapa anak muda mencoba memanfaatkannya untuk berolahraga. Salah satu anak muda tersebut adalah Sidik Hutomo yang sekarang menjadi ketua komunitas Sandboarding Indonesia. Ia berseluncur menggunakan papan seluncur buatannya sendiri bersama komunitasnya. “Hanya belajar dari internet”, katanya ketika ditanya dimana mereka belajar membuat papan seluncur tersebut.

 Beberapa anggota komunitas Sandboarding Indonesia melakukan seluncur pasir secara serentak. Hal ini membutuhkan keseimbangan lebih agar mereka tak saling bertabrakan di jalur seluncur.

 Seorang anggota komunitas Sandboarding Indonesia sedang mengoleskan wax pada papan seluncurnya. Wax diperlukan untuk membuat papan seluncur lebih licin ketika sedang meluncur di pasir. Komunitas ini membuat papan seluncur mereka sendiri karena di Indonesia tak ada yang menjualnya, sedangkan papan yang dijual di luar negeri harganya cukup mahal bagi mereka.

 Komunitas Sandboarding Indonesia bermula dari sekumpulan mahasiswa UGM yang mempunyai minat yang sama pada olahraga ekstrim. Mereka tidak mempunyai jadwal pasti dalam melakukan olahraga ini, tetapi biasanya mereka melakukannya di akhir pekan. Komunitas ini biasa berkumpul di sekretariat Mapagama di Gelanggang Mahasiswa UGM.

 Membawa papan seluncurnya masing-masing, para peseluncur mendaki bukit pasir menuju lintasan seluncur. Pasir yang kering dan gembur merupakan surga bagi peseluncur pasir. Di musim penghujan pasir di gumuk pasir menjadi lebih padat dan menyebabkan peseluncur sedikit susah untuk berseluncur, tetapi hal itu tidak mengurangi kesenangan yang didapat.

 Jalur seluncur di gumuk pasir terdiri dari beberapa gundukan pasir dengan ketinggian dan sudut kemiringan yang berbeda. Ketinggian jalur mulai dari 10 hingga 20 meter. Sudut kemiringan bervariasi mulai dari 30 derajat hingga 60 derajat. Bagi komunitas ini semakin miring sudutnya semakin asyik meluncurnya.


Seringkali peseluncur melakukan gerakan yang mengagumkan. Mereka melompat dengan berbagai gaya di udara. Tak jarang hasil lompatan itu menyebabkan mereka jatuh tersungkur di pasir. 

Berseluncur tanpa jatuh bagaikan sayur tanpa garam. Bagi para peseluncur, jatuh pun merupakan seni tersendiri dalam berseluncur. Kadang-kadang mereka jatuh dengan cukup ekstrim. Seperti peseluncur ini yang jatuh dengan muka menghantam pasir.

Seorang peseluncur bernama Fadil tetap tersenyum gembira walaupun wajahnya penuh dengan pasir. Penyuka olahraga ekstrim yang baru menyelesaikan ekspedisi pengarungan sungai dengan kayak di Nepal ini tak peduli bahwa ia sudah jatuh beberapa kali menghantam pasir ketika berseluncur. Baginya kesenangan yang didapat lebih dari sekedar rasa pegal menghantam gundukan pasir.

 

Referensi:

*Foto dan teks: Agus Satriawan P

http://renunganharian-cahaya-bangsa.blogspot.com/2013/06/foto-foto-para-peseluncur-pasir.html

2 komentar:

Unknown mengatakan...

apa nama daerahnya ya?png kesana

Adi mengatakan...

Di daerah parangkusumo area pantai parangtritis Yogyakarta....

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Dreamer