A. Konflik Israel dan Palestina
Konflik
Israel-Palestina, bagian dari konflik Arab-Israel yang lebih luas, adalah
konflik yang berlanjut antara bangsa Israel dan bangsa Palestina.
Konflik
Israel-Palestina ini bukanlah sebuah konflik dua sisi yang sederhana,
seolah-olah seluruh bangsa Israel (atau bahkan seluruh orang Yahudi yang
berkebangsaan Israel) memiliki satu pandangan yang sama, sementara seluruh
bangsa Palestina memiliki pandangan yang sebaliknya. Di kedua komunitas terdapat
orang-orang dan kelompok-kelompok yang menganjurkan penyingkiran teritorial
total dari komunitas yang lainnya, sebagian menganjurkan solusi dua negara, dan
sebagian lagi menganjurkan solusi dua bangsa dengan satu negara sekular yang
mencakup wilayah Israel masa kini, Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.
Sejak
Persetujuan Oslo, Pemerintah Israel dan Otoritas Nasional Palestina secara
resmi telah bertekad untuk akhirnya tiba pada solusi dua negara.
Masalah-masalah utama yang tidak terpecahkan di antara kedua pemerintah ini
adalah:
1) Status dan masa depan Tepi Barat, Jalur
Gaza, dan Yerusalem Timur yang mencakup wilayah-wilayah dari Negara Palestina
yang diusulkan.
2)
Keamanan Israel & keamanan
Palestina.
3)
Hakikat masa depan negara Palestina.
4)
Nasib para pengungsi Palestina.
5) Kebijakan-kebijakan pemukiman pemerintah
Israel, dan nasib para penduduk pemukiman itu.
6) Kedaulatan terhadap tempat-tempat suci
di Yerusalem, termasuk Bukit Bait Suci dan kompleks Tembok (Ratapan) Barat.
Masalah
pengungsi muncul sebagai akibat dari perang Arab-Israel 1948. Masalah Tepi
Barat, Jalur Gaza, dan Yerusalem Timur muncul sebagai akibat dari Perang Enam
Hari pada 1967.
Selama
ini telah terjadi konflik yang penuh kekerasan, dengan berbagai tingkat
intensitasnya dan konflik gagasan, tujuan, dan prinsip-prinsip yang berada di
balik semuanya. Pada kedua belah pihak, pada berbagai kesempatan, telah muncul
kelompok-kelompok yang berbeda pendapat dalam berbagai tingkatannya tentang
penganjuran atau penggunaan taktik-taktik kekerasan, anti kekerasan yang aktif,
dll. Ada pula orang-orang yang bersimpati dengan tujuan-tujuan dari pihak yang
satu atau yang lainnya, walaupun itu tidak berarti mereka merangkul
taktik-taktik yang telah digunakan demi tujuan-tujuan itu. Lebih jauh, ada pula
orang-orang yang merangkul sekurang-kurangnya sebagian dari tujuan-tujuan dari
kedua belah pihak. Dan menyebutkan "kedua belah" pihak itu sendiri
adalah suatu penyederhanaan: Al-Fatah dan Hamas saling berbeda pendapat tentang
tujuan-tujuan bagi bangsa Palestina. Hal yang sama dapat digunakan tentang
berbagai partai-politik Israel, meskipun misalnya pembicaraannya dibatasi pada
partai-partai Yahudi Israel.
Mengingat
pembatasan-pembatasan di atas, setiap gambaran ringkas mengenai sifat konflik
ini pasti akan sangat sepihak. Itu berarti, mereka yang menganjurkan perlawanan
Palestina dengan kekerasan biasanya membenarkannya sebagai perlawanan yang sah
terhadap pendudukan militer oleh bangsa Israel yang tidak sah atas Palestina,
yang didukung oleh bantuan militer dan diplomatik oleh A.S. Banyak yang
cenderung memandang perlawanan bersenjata Palestina di lingkungan Tepi Barat
dan Jalur Gaza sebagai hak yang diberikan oleh persetujuan Jenewa dan Piagam
PBB. Sebagian memperluas pandangan ini untuk membenarkan serangan-serangan,
yang seringkali dilakukan terhadap warga sipil, di wilayah Israel itu sendiri.
Demikian
pula, mereka yang bersimpati dengan aksi militer Israel dan langkah-langkah
Israel lainnya dalam menghadapi bangsa Palestina cenderung memandang
tindakan-tindakan ini sebagai pembelaan diri yang sah oleh bangsa Israsel dalam
melawan kampanye terorisme yang dilakukan oleh kelompok-kelompok Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami, Al Fatah dan lain-lainnya, dan didukung oleh
negara-negara lain di wilayah itu dan oleh kebanyakan bangsa Palestina,
sekurang-kurangnya oleh warga Palestina yang bukan merupakan warga negara
Israel. Banyak yang cenderung percaya bahwa Israel perlu menguasai sebagian
atau seluruh wilayah ini demi keamanannya sendiri. Pandangan-pandangan yang
sangat berbeda mengenai keabsahan dari tindakan-tindakan dari masing-masing
pihak di dalam konflik ini telah menjadi penghalang utama bagi pemecahannya.
Sebuah
poster gerakan perdamaian: Bendera Israel dan bendera Palestina dan kata-kata
Salaam dalam bahasa Arab dan Shalom dalam bahasa Ibrani. Gambar-gambar serupa
telah digunakan oleh sejumlah kelompok yang menganjurkan solusi dua negara
dalam konflik ini.
Sebuah
usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat
Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002.
Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 "reservasi". Pada
saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang
kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana
yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh
"kehadiran sipil dan militer... yang permanen" di Jalur Gaza (yaitu
21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat), namun akan
"mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan
mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus
melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza." Pemerintah
Israel berpendapat bahwa "akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim
bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan," sementara yang lainnya berpendapat
bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa
Israel "akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok (artinya, Penghalang
Tepi Barat Israel) dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya
sekarang ini".
Dengan
rencana pemisahan diri sepihak, pemerintah Israel menyatakan bahwa rencananya
adalah mengizinkan bangsa Palestina untuk membangun sebuah tanah air dengan
campur tangan Israel yang minimal, sementara menarik Israel dari situasi yang
diyakininya terlalu mahal dan secara strategis tidak layak dipertahankan dalam
jangka panjang. Banyak orang Israel, termasuk sejumlah besar anggota partai
Likud -- hingga beberapa minggu sebelum 2005 berakhir merupakan partai Sharon
-- kuatir bahwa kurangnya kehadiran militer di Jalur Gaza akan mengakibatkan
meningkatnya kegiatan penembakan roket ke kota-kota Israel di sekitar Gaza.
Secara khusus muncul keprihatinan terhadap kelompok-kelompok militan Palestina
seperti Hamas, Jihad Islami atau Front Rakyat Pembebasan Palestina akan muncul
dari kevakuman kekuasaan apabila Israel memisahkan diri dari Gaza.
B.
Sejarah Awal Mula Terjadinya Konflik
Hingga 1949
1)
Deklarasi Balfour 1917
Deklarasi
Balfour (1917) ialah surat tertanggal 2 November 1917 dari Menteri Luar Negeri
Britania Raya/Inggris; Arthur James Balfour, kepada Lord Rothschild (Walter
Rothschild, 2nd Baron Rothschild), pemimpin komunitas Yahudi Inggris, untuk
dikirimkan kepada Federasi Zionis. Surat itu menyatakan posisi yang disetujui
pada rapat Kabinet Inggris pada 31 Oktober 1917, bahwa pemerintah Inggris
mendukung rencana-rencana Zionis buat ‘tanah air’ bagi Yahudi di Palestina,
dengan syarat bahwa tak ada hal-hal yang boleh dilakukan yang mungkin merugikan
hak-hak dari komunitas-komunitas yang ada di sana.
Saat
itu, sebagian terbesar wilayah Palestina berada di bawah kekuasaan Khilafah
Turki Utsmani, dan batas-batas yang akan menjadi Palestina telah dibuat sebagai
bagian dari Persetujuan Sykes-Picot 16 Mei 1916 antara Inggris dan Prancis.
Sebagai balasan untuk komitmen dalam deklarasi itu, komunitas Yahudi akan
berusaha meyakinkan Amerika Serikat untuk ikut dalam Perang Dunia I. Itu
bukanlah alasan satu-satunya, karena sudah lama di Inggris telah ada dukungan
bagi gagasan mengenai ‘tanah air’ Yahudi, dan waktunya tergantung pada
kemungkinannya.
Kata-kata
Deklarasi ini kemudian digabungkan ke dalam perjanjian damai Sèvres dengan
Turki Utsmani dan Mandat untuk Palestina. Deklarasi (surat ketikan yang
ditandatangani dengan tinta oleh Balfour) ialah sebagai berikut:
Revolusi Arab dipimpin
Amin Al-Husseini. Tak kurang dari 5.000 warga Arab terbunuh. Sebagian besar
oleh Inggris. Ratusan orang Yahudi juga tewas. Husseini terbang ke Irak,
kemudian ke wilayah Jerman, yang ketika itu dalam pemerintahan Nazi.
3)
Teks 1922: Mandat Palestina Liga
Bangsa-bangsa
4)
Mandat Britania atas Palestina
Mandat
atas Palestina atau Mandat Britania atas Palestina, adalah sebuah wilayah di
Timur Tengah dari 1920 hingga 1948, yang kini terdiri atas wilayah masa kini
dari Yordania, Israel, dan wilayah-wilayah yang diperintah oleh Otoritas
Palestina, yang sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan Ottoman, yang
dipercayakan oleh Liga Bangsa-Bangsa kepada Britania Raya untuk
diadministrasikan pada masa setelah Perang Dunia I sebagai sebuah Wilayah
Mandat setelah runtuhnya Kesultanan Ottoman yang telah menguasai wilayah ini
sejak abad ke-16. Wilayah ini mulanya berbatasan dengan Laut Tengah di sebelah
baratnya, Mandat Perancis atas Lebanon, Mandat Perancis atas Suriah, dan Mandat
Britania atas Mesopotamia di sebelah utaranya, Kerajaan Arab Saudi di sebelah
timur dan selatan, dan Kerajaan Mesir di barat dayanya.
5)
Rencana Pembagian Wilayah oleh PBB 1947
6) Deklarasi Pembentukan Negara Israel,
14 Mei 1948. Secara sepihak Israel mengumumkan diri sebagai negara Yahudi.
Inggris hengkang dari Palestina. Mesir, Suriah, Irak, Libanon, Yordania, dan
Arab Saudi menabuh genderang perang melawan Israel.
7) Perang Arab-Israel 1948
adalah konflik bersenjata pertama
dari serangkaian konflik yang terjadi antara Israel dan tetangga-tetangga
Arabnya dalam konflik Arab-Israel. Bagi orang-orang Palestina, perang ini
menandai awal dari rangkaian kejadian yang disebut sebagai "Bencana".
Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa memutuskan untuk membagi wilayah
Mandat Britania atas Palestina. Tetapi hal ini ditentang keras oleh
negara-negara Timur Tengah lainnya dan juga banyak negeri-negeri Muslim. Kaum
Yahudi mendapat 55% dari seluruh wilayah tanah meskipun hanya merupakan 30%
dari seluruh penduduk di daerah ini. Sedangkan kota Yerusalem yang dianggap
suci, tidak hanya oleh orang Yahudi tetapi juga orang Muslim dan Kristen, akan
dijadikan kota internasional.
Israel
diproklamasikan pada tanggal 14 Mei 1948 dan sehari kemudian langsung diserbu
oleh tentara dari Lebanon, Suriah, Yordania, Mesir, Irak dan negara Arab
lainnya. Tetapi Israel bisa memenangkan peperangan ini dan malah merebut kurang
lebih 70% dari luas total wilayah daerah mandat PBB Britania Raya, Palestina.
Perang ini menyebabkan banyak kaum Palestina mengungsi dari daerah Israel.
Tetapi di sisi lain tidak kurang pula kaum Yahudi yang diusir dari
negara-negara Arab lainnya.
Kapten Avraham "Bren" Adan
mengibarkan bendera Israel di Umm Rashrash (sekarang disebut Eilat), menandai
berakhirnya perang.
8) Persetujuan
Gencatan Senjata 1949
Perjanjian
Gencatan Senjata 1949 adalah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1949
antara Israel dengan Mesir, Lebanon, Yordania, dan Suriah. Persetujuan ini
mengakhiri perang Arab-Israel 1948, dan menentukan batas wilayah sementara yang
dikenal sebagai Garis Hijau. Garis ini tetap berlaku hingga meletusnya Perang
Enam Hari tahun 1967. Israel mendapat kelebihan wilayah 50 persen lebih banyak
dari yang diputuskan dalam Rencana Pemisahan PBB.
9) Exodus
bangsa Palestina
Tahun 1949-1967
1) Perang Suez 1956
adalah serangan militer
Britania Raya, Perancis dan Israel terhadap Mesir yang dimulai pada tanggal 29
Oktober 1956. Serangan ini dilancarkan karena pada tanggal 26 Juli 1956, Mesir
menasionalisasikan Terusan Suez setelah tawaran Britania Raya dan Amerika
Serikat untuk mendanai pembangunan Bendungan Aswan dicabut.
Perang
Enam Hari atau juga dikenali sebagai Perang Arab-Israel 1967, merupakan
peperangan antara Israel menghadapi gabungan tiga negara Arab, yaitu Mesir,
Yordania, dan Suriah, dan ketiganya juga mendapatkan bantuan aktif dari Irak,
Kuwait, Arab Saudi, Sudan dan Aljazair. Perang tersebut berlangsung selama 132
jam 30 menit (kurang dari enam hari), hanya di front Suriah saja perang
berlangsung enam hari penuh.
Pada
bulan Mei tahun 1967, Mesir mengusir United Nations Emergency Force (UNEF) dari
Semenanjung Sinai; ketika itu UNEF telah berpatroli disana sejak tahun 1957
(yang disebabkan oleh invasi atas Semenanjung Sinai oleh Israel tahun 1956).
Mesir mempersiapkan 1.000 tank dan 100.000 pasukan di perbatasan dan memblokade
Selat Tiran (pintu masuk menuju Teluk Aqaba) terhadap kapal Israel dan
memanggil negara-negara Arab lainnya untuk bersatu melawan Israel. Pada tanggal
5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan terhadap pangkalan angkatan udara
Mesir karena takut akan terjadinya invasi oleh Mesir. Yordania lalu menyerang
Yerusalem Barat dan Netanya. Pada akhir perang, Israel merebut Yerusalem Timur,
Jalur Gaza, Semenanjung Sinai, Tepi Barat, dan Dataran Tinggi Golan. Hasil dari
perang ini memengaruhi geopolitik kawasan Timur Tengah sampai hari ini.
3)
Resolusi Khartoum
Resolusi
Khartoum adalah sebuah pertemuan antara 8 pemimpin negara Arab pada tanggal 1
September 1967 karena terjadinya Perang Enam Hari. Resolusi ini berlanjut
kepada Perang Yom Kippur tahun 1973, dan mengakhiri embargo minyak Arab yang
dinyatakan selama Perang Enam Hari, dan akhir dari perang saudara di Yaman.
Resolusi ini juga berisi 3 paragraf yang diketahui dengan "3
ketidakan" antara hubungan Arab-Israel pada saat itu yang berisi
"tidak akan ada perdamaian, pengakuan, atau perundingan dengan
Israel".
4)
Pendudukan Jalur Gaza oleh Mesir
5)
Pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur
oleh Yordan
Tahun 1967-1993
1) Perjanjian Nasional Palestina dibuat pada
1968,
Palestina secara resmi menuntut pembekuan Israel.
2)
1970 War of Attrition
3)
Perang Yom Kippur 1973
4)
Kesepakatan Damai Mesir-Israel di Camp
David 1978
5)
Perang Lebanon 1982
Perang
Lebanon 1982 adalah sebuah perang antara Israel dan Lebanon yang terjadi pada
tanggal 6 Juni 1982 ketika Angkatan Bersenjata Israel menyerang Lebanon
Selatan.
Setelah
perang antara Arab dan Israel tahun 1948, Lebanon menjadi rumah untuk lebih
dari 110.000 pengungsi Palestina dari rumah mereka di Israel. Pada tahun 1970
dan 1971, PLO ikut serta dalam usaha untuk menjatuhkan kekuasaan monarko
Yordania, dimana membuat jumlah besar dari pejuang palestina dan pengungsi
pindah ke Lebanon. Pada tahun 1975, terdapat lebih dari 300.000 pengungsi,
membuat PLO menjadi pasukan kuat dan bermain peran penting saat perang saudara
Lebanon. Kekacauan yang berlanjut antara Israel dan PLO dari tahun 1968, membuat
terjadinya Operasi Litani.
6)
Perang Teluk 1990/1
7) Kesepakatan Damai Oslo antara Palestina
dan Israel 13 September 1993
Israel
dan PLO bersepakat untuk saling mengakui kedaulatan masing-masing. Pada Agustus
1993, Arafat duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya
adalah Kesepakatan Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan
Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga
semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat
"mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai".
8) Intifada pertama
Intifadah
Palestina pertama dimulai pada 1987 dan berakhir pada 1993 dengan
ditandatanganinya Persetujuan Oslo dan pembentukan Otoritas Nasional Palestina.
Dalam
konflik Israel-Palestina, Intifadah mencakup seluruh gerakan perlawanan untuk
merebut kembali tanah Palestina pra-Israel, aksi ini didorong oleh rasa
tertindas dan kehilangan yang dirasakan oleh para penduduk Palestina sejak
peristiwa pengusiran paksa oleh tentara Yahudi setelah perang 6 hari.
Tahun 1993-sekarang
1) Kerusuhan terowongan Al-Aqsa September
1996
Israel
sengaja membuka terowongan menuju Masjidil Aqsa untuk memikat para turis, yang
justru membahayakan fondasi masjid bersejarah itu. Pertempuran berlangsung
beberapa hari dan menelan korban jiwa.
2)
18 Januari 1997 Israel bersedia menarik
pasukannya dari Hebron, Tepi Barat.
3) Perjanjian Wye River Oktober 1998 berisi penarikan Israel
dan dilepaskannya tahanan politik dan kesediaan Palestina untuk menerapkan
butir-butir perjanjian Oslo, termasuk soal penjualan senjata ilegal.
4) 19 Mei 1999,
Pemimpin partai Buruh Ehud Barak terpilih sebagai perdana menteri. Ia berjanji
mempercepat proses perdamaian.
5)
Intifada al-Aqsa Maret 2000
Kunjungan
pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon ke Masjidil Aqsa memicu kerusuhan.
Masjidil Aqsa dianggap sebagai salah satu tempat suci umat Islam. Intifadah
gelombang kedua pun dimulai.
6)
KTT Camp David 2000 antara Palestina dan
Israel
7) Maret-April 2002 Israel membangun Tembok
Pertahanan di Tepi Barat dan diiringi rangkaian serangan bunuh diri Palestina.
8) Juli 2004 Mahkamah Internasional
menetapkan pembangunan batas pertahanan menyalahi hukum internasional dan
Israel harus merobohkannya.
9) 9 Januari 2005 Mahmud Abbas, dari
Fatah, terpilih sebagai Presiden Otoritas Palestina. Ia menggantikan Yasser
Arafat yang wafat pada 11 November 2004
10) Peta
menuju perdamaian
11) Juni
2005 Mahmud Abbas dan Ariel
Sharon bertemu di Yerusalem. Abbas mengulur jadwal pemilu karena khawatir Hamas
akan menang.
12) Agustus
2005 Israel hengkang dari
permukiman Gaza dan empat wilayah permukiman di Tepi Barat.
13) Januari
2006 Hamas memenangkan kursi
Dewan Legislatif, menyudahi dominasi Fatah selama 40 tahun.
14) Januari-Juli
2008
Ketegangan meningkat di Gaza. Israel memutus suplai listrik dan gas. Dunia
menuding Hamas tak berhasil mengendalikan tindak kekerasan. PM Palestina Ismail
Haniyeh berkeras pihaknya tak akan tunduk.
15) November
2008 Hamas batal ikut serta
dalam pertemuan unifikasi Palestina yang diadakan di Kairo, Mesir. Serangan
roket kecil berjatuhan di wilayah Israel.
16) Serangan
Israel ke Gaza dimulai 26 Desember 2008. Israel melancarkan
Operasi Oferet Yetsuka, yang dilanjutkan dengan serangan udara ke pusat-pusat
operasi Hamas. Korban dari warga sipil berjatuhan.
C.
Jumlah Korban Hingga Tahun 2011
Korban Sipil yang Tewas Akibat Konflik Israel-Palestina
Tahun
|
Kematian
|
|
2011
|
118 (13)
|
11 (5)
|
2010
|
81 (9)
|
8 (0)
|
2009
|
1034 (314)
|
9 (1)
|
2008
|
887 (128)
|
35 (4)
|
2007
|
385 (52)
|
13 (0)
|
2006
|
665 (140)
|
23 (1)
|
2005
|
190 (49)
|
51 (6)
|
2004
|
832 (181)
|
108 (8)
|
2003
|
588 (119)
|
185 (21)
|
2002
|
1032 (160)
|
419 (47)
|
2001
|
469 (80)
|
192 (36)
|
2000
|
282 (86)
|
41 (0)
|
1999
|
9 (0)
|
4 (0)
|
1998
|
28 (3)
|
12 (0)
|
1997
|
21 (5)
|
29 (3)
|
1996
|
74 (11)
|
75 (8)
|
1995
|
45 (5)
|
46 (0)
|
1994
|
152 (24)
|
74 (2)
|
1993
|
180 (41)
|
61 (0)
|
1992
|
138 (23)
|
34 (1)
|
1991
|
104 (27)
|
19 (0)
|
1990
|
145 (25)
|
22 (0)
|
1989
|
305 (83)
|
31 (1)
|
1988
|
310 (50)
|
12 (3)
|
1987
|
22 (5)
|
0 (0)
|
Total
|
7978 (1620)
|
1503 (142)
|
data
berasal dari B'tselem dan Kementerian Luar Negeri Israel antara tahun 1987
hingga 2010, (angka dalam tanda kurung merupakan korban yang berusia di bawah
18 tahun).
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik_Israel_dan_Palestina
1 komentar:
terimakasih infonya sangat bermanfaat
tolak angin care
Posting Komentar